Mobil yang dikendarai orang tua Gus Azzam meninggalkan rumah mungil itu. Suara yang tadinya ramai, tiba-tiba terasa sepi, dingin, dan mencekam. Tak ada yang mulai berbicara, masing-masing sibuk dengan pikiran…
“Ini obat terakhir. Kalo belum sembuh juga, perlu diperiksa lebih intensif lagi,” kata Nisa sambil mengangsurkan beberapa butir obat. “Matur suwun, sudah perhatian sama saya,” ucap Gus Azzam. “Hm, sama-sama.”…
“Dasar manja!” kata Nisa sambil melirik tak suka. Gus Azzam menggaruk rambutnya yang tak gatal dengan senyum terukir. Masih menunggu keputusan dari istrinya. “Males banget. Makan sendiri aja.” “Lha? Kok…
“Makan sendiri, gak usah manja!” kata Nisa sambil meletakkan nampan yang berisi piring dan segelas air putih di atas meja. Juga ada beberapa butir obat yang telah dibawakan oleh Kang…
Beberapa menit lagi, Ning Miftah sudah sampai di rumahnya sendiri. Segera dihapusnya air mata yang tak disadarinya telah menetes dan membasahi kerudung yang dia kenakan. Hatinya yang rapuh tak bisa…
“Kenapa malah di kamar Nisa sih?” tanya Nisa sambil memutar bola matanya. Bu Bila tersenyum menanggapi pertanyaan itu. Sebenarnya siapa pun tahu bahwa itu adalah pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban.…
Para santriwati mempersiapkan segala kerajinan dan perlengkapan yang akan dibawa ke acara bazar. Setelah siap, mereka menaiki mobil bersama Bu Nyai dan Kang Salam. Gus Azzam tersenyum simpul melihat antuasias…
Nisa memperhatikan seorang perempuan paruh baya yang tengah mengajarinya membaca Alquran, suara merdu mengalun dari bibir perempuan itu. Bu Bila, begitu Nisa memanggilnya. Beliau selalu menggunakan baju gamis yang kedodoran…
Tak ada pembicaraan tentang Nisa di pesantren. Pak Kyai dan Bu Nyai tak tahu bahwa ada lamaran yang dilakukan oleh Ning Miftah dan Gus Azzam. Bukan lamaran, tapi pernikahan. Gus…
Mobil melaju membelah jalan makadam di desa. Nisa sudah duduk di kursi penumpang, sementara Ning Miftah duduk di samping Gus Azzam, di depan. Persawahan yang terlihat indah yang dilewati dan…